Ada sebuah kata bijak yang
menyatakan “Sejarah adalah masa lalu dan dengan masa lalu kita membangun masa
depan”.
Kata bijak ini penting diterapkan
dalam pola berpikir mereka yang ingin membangun masa depan.
Ditengah banyaknya buku bacaan dan
ilmu kedokteran yang dipakai oleh mahasiswa kedokteran berasal dari dunia barat,
perlu sejenak kita membaca sejarah siapa tokoh kedokteran islam dan ilmuwan
yang berpengaruh terhadap dunia kedokteran islam terkemuka di masa lalu.
Hal ini dapat menambah khazanah
berpikir mahasiswa kedokteran dan juga pencinta sejarah islam untuk membangun
masa depan Islam ke arah yang lebih baik.
Perlu admin beritahukan bahwa
diantara ilmuwan tersebut banyak juga yang berpaham filsafat, dan mengadopsi
pemahaman filsafat Aristoteles dan pengikutnya. Namun ada juga ilmuwan dan
dokter yang tidak terlalu mendalami filsafat dan fokus hanya pada ilmu sains
saja. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan mereka tersebut, daftar
ilmuwan kedokteran Islam dibawah ini bisa menjadi sumber informasi yang bagus
untuk kita miliki.
Berikut daftar 12 ilmuwan Islam yang
disebutkan berurut sesuai zaman nya dari mulai masa Nabi SAW dan Sahabat hingga
masa lebih modern.
1. Al-Harits
bin Kaldah
Beliau adalah salah satu tabib yang terkenal di kalangan bangsa
Arab dan hidup satu masa dengan Rasulullah SAW serta wafat pada tahun 50
hijriah (670 M). Beliau mempelajari imu pengobatan dari kota Jundisapur, sebuah
kota di daerah Persia tempat lahirnya ilmu pengobatan Arab klasik.
Salah satu cerita yang terkenal tentang beliau adalah sebuah
riwayat dari Ibnu Sa`ad dan al-Hakim dengan sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa
Abu Bakar r.a dan al-Harits bin Kaldah makan makanan yang dihadiahkan kepada
Abu Bakar. al-Harits berkata: “Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulullah. Demi
Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan
mati pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”
Beliau juga merupakan salah satu rujukan Rasulullah SAW dan para
sahabat dalam hal pengobatan.
Dari Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita
sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau
meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku
merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya
engkau menderita penyakit jantung, temuilah
Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah
seorang tabib. Dan hendaknya dia [Al-Harits bin Kaladah] mengambil tujuh buah
kurma ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu
dengannya.” [HR. Abu Dawud no.2072]
2. Khalid
bin Yazid
Khalid adalah anak dari Yazid bin Mu`awiyyah, salah seorang khalifah
pada awal abad pertama hijriyah. Khalid bin Yazid meninggal di usia yang masih
muda pada tahun 64 H (704 M).
Pada masa awal-awal kekhalifahan Islam di Arab, ilmu pengobatan
masih mengadopsi ilmu pengobatan klasik yang banyak diwariskan dari negeri
Persia. Padahal perkembangan dunia ilmu pendidikan seperti kedokteran, kimia,
matematika, fisika dan ilmu sains lainnya telah mulai berkembang di kawasan
Yunani.
Khalid bin Yazid berjasa besar dalam usaha menerjemahkan buku-buku
ilmu pengetahuan berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Beliau menjadi orang
pertama yang membuka pintu seluas-luasnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan
di dunia Arab sehingga tanpa jasa beliau akan sulit bagi ilmu sains terutama
kedokteran bisa berkembang di negara Islam.
3. Abu
Musa Jabir bin Hayyan
Abu Musa Jabir bin Hayyan dikenal dengan nama Geber di dunia Barat,
lahir di Tus, Khurasan, Iran pada tahun 120 H (721 M) dan wafat pada tahun 200
H (815 M). Bapak beliau, Hayyan al-Azdi, adalah seorang ahli farmasi di suku Azd.
Keduanya kemudian pindah dari Yaman ke Quffah (Irak sekarang) pada masa
pemerintahan Bani Umayyah.
Walau lebih dikenal sebagai Bapak Kimia Modern karena jasa-jasanya
di dalam ilmu Kimia, Jabir bin Hayyan juga memiliki karir dalam bidang
kedokteran dibawah asuhan Barmaki Vizier pada masa khalifah Harun al-Rasyid
berkuasa.
Menurut sebuah sumber, Jabir bin Hayyan turut ikut membantu Khalid
bin Yazid dalam menerjemahkan ilmu sains dari bahasa Yunani ke dalam bahasa
Arab.
4. Hasan
bin al-Haytsam
Beliau lahir di Basrah, pada tahun 354 H (965 M) dan wafat pada
tahun 430 H (1040 M) dalam usia 74 tahun.
Di dunia Barat beliau dikenal dengan sebutan Alhazen dan di negara
Asia lainnya sering disebut dengan ejaan lebih ‘familiar’ al-Haytam. Banyak
kalangan yang beranggapan bahwa beliau adalah Bapak Optik Modern. Karangan
fenomenal beliau, Kitab Al-Manazir (Book of Optics),
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada awal abad ke-13 Masehi menjadi buku De
Aspectibus dan dipakai sebagai salah satu rujukan teori optik oleh dunia
Barat pada masa itu.
Salah satu jasanya di bidang kedokteran adalah menggagas teori
tentang penglihatan (theory of vision). Ibnu al-Haytsam sukses memadukan
antara pendapat Euclid tentang mata memancarakan cahaya ketika melihat;
pendapat Aristoteles tentang mata menerima bentukan fisis yang masuk dari objek
saat proses penglihatan; dan deskripsi anatomi-fisiologi dari Galen. Beliau
berpendapat “pada setiap titik dari suatu benda yang berwarna yang disinari
oleh cahaya akan menghasilkan cahaya dan warna yang sama pada satu garis lurus
yang dapat dipantulkan dari titik tersebut.” Konsep inilah yang menjadi pola
dasar pengembangan gambar retina yang dikembangkan oleh ilmuwan Barat, Kepler,
dikemudian hari.
5. Abu
Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi atau disebut dengan nama Rhazes
di dunia Barat lahir di Rayy, Taheran, Iran, pada tahun 251 H (865 M) dan
wafat pada tahun 313 H (925 M). Beliau pernah memimpin sebuah rumah sakit di
kota kelahirannya, Rayy, kemudian dia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di
Baghdad. Beliau sering dianggap sebagai ilmuwan serbabisa karena pemahaman yang
beragam dalam dunia sains, khususnya bidang kedokteran. Dalam mendalami ilmu
bidang ini, beliau banyak berguru kepada Ali bin Sahal al-Tabari, seorang
dokter dan filsuf dari Merv.
Dalam dunia yang ditekuni beliau ini, banyak sekali jasa yang
beliau berikan, salah satunya adalah karangan beliau Kitab Al-Judari
wal-Hasbah (cacar dan campak) yang
merupakan buku pertama yang membahas cacar dan campak sebagai dua wabah yang
berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam bahasa Latin dan
bahasa Eropa lainnya.
Selain itu al-Razi juga merupakan ilmuwan yang menemukan alergi
asma dan seorang ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.
Pada salah satu tulisan karangannya, beliau menjelaskan tentang penyakit
rhinitis yang timbul karena mencium bunga mawar pada musim panas. Beliau juga
merupakan ilmuwan pertama yang membahas demam sebagai mekanisme tubuh untuk
mempertahankan diri.
Selain dibidang klinis, al-Razi juga dikenal di bidang farmasi
dengan menciptakan obat-obatan dari bahan merkuri. Selain itu beliau juga
mengembangkan konsep-konsep dasar dari etika kedokteran yang berkembang
kemudian hari.
6. Maslama
al-Majrithi
Maslama al-Majrithi atau nama lengkap beliau Abu al-Qasim
al-Qurthubi al-Majrithi sering dipanggil Methilem oleh dunia Barat, dilahirkan
di Qurthub pada tahun 338 H (950 M). Beliau lebih dikenal sebagai Ahli Kimia,
Matematika dan Ekonomi pada masa kejayaan islam di Andalusia (sekarang Spanyol)
abad ke-9 dan ke-10 hijriah.
Tidak ada kontribusi beliau secara langsung di dunia kedokteran
terutama di bidang klinis, akan tetapi gagasan beliau tentang metode survey dan
kegunaan serta mamfaat merkuri oksida menjadi dasar pengembangan ilmu kesehatan
komunitas dan ilmu farmasi kemudian hari.
7. Abu
Ali al-Husain bin Abdullah bin al-Hasan bin Ali bin Sina (Ibnu Sina)
Siapapun pasti pernah mendengar dan membaca tentang tokoh terkenal
ini, beliau lahir di Bukhara pada tahun 980 M dengan nama lahir Husen bin
Abdullah. Nama Sina merujuk kepada nama ayah kakek beliau yaitu Sina. Beliau
wafat pada tahun 1037 M dalam usia 56 tahun.
Nama Ibnu Sina sangat dikenal di dunia kedokteran Islam dan juga
kedokteran Barat karena karya monumental beliau Qanun fi al-Tibb (Law
of Medicine) menjadi kurikulum standar di dalam pendidikan kedokteran Eropa
dan negara Islam lainnya hingga abad ke-17. Buku ini berisi penjelasan tentang
gambaran penyakit-penyakit menular dan penyakit menular seksual, isolasi untuk
mencegah penularan serta beberapa metode pengobatan lainnya.
Dalam kitab beliau tersebut, Ibnu Sina juga menyimpulkan tentang
empat jenis cairan tubuh dan karakteristiknya dalam bentuk tabel yang disebut
dengan Four Humours and Temperaments.
Selain itu, Ibnu Sina juga dikenal sebagai dokter pertama yang
menggunakan kanula (selang) yang dimasukkan ke dalam kerongkongan untuk
membantu pasien yang tersedak, dan menggagas solusi insisi (memotong) trakea
(tenggorokan) sebagai solusi terakhir jika tidak berhasil dengan kanula pada pasien
tersedak.
8. Abu
al-Qasim al-Zahrawi al-Ansari
Abu al-Qasim Khalaf bin al-`Abbas al-Zahrawi dikenal luas sebagai
Al-Zahrawi atau sebagai Abulcasis di dunia Barat. Beliau lahir di Madina
Azahara, Andalusia, Spanyol, pada tahun 937 M dan wafat pada tahun 1013 M.
Al-Zahrawi dianggap sebagai Bapak Dokter Bedah dan merupakan dokter
bedah terbaik pada masa kejayaan Islam di Andalusia. Karangan beliau dalam
bentuk Kitab al-Tasrif 30 jilid berisi tentang ensiklopedi praktek
pengobatan. Jasa beliau yang tak kalah penting adalah pengembangan prosedur dan
penciptaan intrumen bedah yang hingga kini masih dipergunakan di dunia
kedokteran khususnya bidang ilmu bedah. Selain itu, al-Zahrawi juga merupakan
dokter pertama yang menjelaskan kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim) dan
mengidentifikasi penyakit herediter (keturunan) haemofilia.
9. Abu
Rayhan Muhammad bin Ahmad al-Biruni
Al-Biruni lahir di Khawarizm, Uzbekistan pada tahun 973 M dan wafat
pada tahun 1048 M dalam umur 74 tahun.
Al-Biruni lebih dikenal luas karena keahlian beliau dalam bidang
astronomi, fisika, matematika dan ilmu sains alam. Beliau juga ahli dalam
perbandingan agama, beliau menerangkan alasan kenapa hindu membenci islam dalam
kitab beliau Tarikh al-Hind (History of India).
Dalam dunia kedokteran, salah satu jasa beliau yang dikenal adalah
karangan beliau Kitab al-Saidana sebuah ensiklopedi kedokteran yang
berisi hubungan antara metode pengobatan islam dan metode pengobatan hindu.
Beliau juga merupakan ilmuwan pertama yang mendeskripksikan kelainan kembar
siam.
10. Abu
al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd (Ibnu Rusydi)
Beliau lahir di Cordoba, Spanyol, pada tahun 1126 M dan wafat pada
tahun 1198 di Marrakesh, Maroko dalam umur 72 tahun, namun dimakamkan di
Cordoba di tempat pemakamam keluarga beliau.
Karangan beliau dalam ilmu kedokteran adalah Kitab Kulliyat, sesuai
dengan judulnya kitab ini membahas ensiklopedi kedokteran umum. Kitab ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Colliget. Beliau juga
membuat tulisan kompilasi dari hasil uraian Galen di bidang anatomi dan
fisiologi. Selain itu beliau juga menulis tulisan tentang penjelasan dari Qanun
fi al-Tibb (Law of Medicine) karangan Ibnu Sina.
Di dunia filsafat, Ibn al-Rusydi dijuluki sebagai Bapak Penemu
Pemahaman Sekuler. Hal ini dikarenakan beliau banyak mengadopsi pemahaman
filsafat dari Aristoteles dan mengembangkannya lebih luas, bahkan dalam sebuah
karangannya Kitab Tahafut al-Tahafut, beliau mempertahankan argumen
Aristoteles yang bertentangan dengan pendapat Imam Ghazali r.a dalam karangan
beliau Kitab Tahafut al-Falasifah.
11. Ala-al-din
Abu al-Hasan Ali bin Abi Hazm al-Qarsyi
al-Dimasyqi (Ibnu Nafits)
Ibnu Nafits lahir di desa al-Qurasyiyyah, Damaskus (sekarang
Turki), pada tahun 1213 M, dan wafat pada tahun 1288 M dalam usia 74 tahun.
Beliau dikenal sebagai tokoh yang petama kali menjelaskan sirkulasi
(peredaran darah) paru-paru. Berkat tulisan beliau ini, William Harvey mengembangkan
tulisan yang mendeskripsikan sirkulasi paru-paru beberapa abad setelahnya yaitu
pada tahun 1628. Kedua tulisan mereka menjadi perpaduan terbaik antara
kedokteran Timur dan Barat dalam
perkembangan ilmu fisiologi jantung pada masa setelahnya.
Karangan beliau Kitab al-Syamil fi al-Sina’a al-Tibbiyya
berisi pendapat beliau tentang kedokteran dan hubungan antar manusia. Beliau
juga menggagas tiga langkah dalam setiap tindakan bedah yang beliau lakukan;
langkah pertama yaitu menjelaskan informasi tentang apa dan bagaimana tindakan
dilakukan, langkah kedua adalah melakukan tindakan dan langkah ketiga yaitu
melakukan pemeriksaan post operasi secara rutin. Gagasan ini menjadi awal dari
manajemen pasien operatif di kemudian hari.
12. Abu
Muhammad Abdallah bin Ahmad bin al-Baitar Dhiya al-Din al-Maqi (Ibn al-Baitar)
Ibnu al-Baitar lahir di Malaga, Spanyol pada tahun 1197 M dan wafat
pada tahun 1248 M. Beliau merupakan ahli farmasi, ahli botani, seorang dokter
dan juga saintis terkemuka pada masa kejayaan Andalusia.
Karangan terbesar Ibn al-Baitar adalah Kitab al-Jami` li
al-Mufradat al-Adwiya wa al-Aghniyah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
menjadi Book of Compendium on Simple Medicaments and Foods, dalam buku
ini, Ibn al-Baitar memasukkan daftar 1400 tanaman, makanan dan obat-obatan
serta mamfaat mereka. Daftar tersebut disusun berurut berdasarkan alfabet
sehingga sangat sistematis.
Karangan lainnya adalah Kitab al-Mughni fi al-Adwiyah
al-Mufradaat, sebuah ensiklopedi tentang pengobatan islam dengan memasukkan
keahlian khusus beliau di bidang tanaman yang digunakan secara tepat sebagai
obat untuk penyakit yang terkait dengan kepala, telinga dan mata.
Pada awal abad ke-7 Masehi,
penerjemahan berskala besar dari ilmu-ilmu sains yang berbasaha Arab ke dalam
bahasa Latin terjadi di dataran Eropa, sehingga banyak ilmu-ilmu sains terutama
kedokteran lebih berkembang di dunia Barat beberapa abad setelahnya.
Perpindahan dan penerjemahan ilmu
ini terjadi hingga Abad Renaisans (abad ke-14 sampai ke-17 M) di seluruh Eropa.
Setelah Abad Renaisans, tidak banyak ilmuwan Islam di bidang sains yang
menonjol seperti Abad Pertengahan dahulu. Hal ini dipengaruhi oleh runtuhnya
peradaban dan kejayaan islam di beberapa negara seperti Andalusia kemudian
diikuti Damaskus dengan berakhirnya kekhalifahan islam.
Wallahu muwaffiq wallahu musta'an wallahu a’lam bi al-shawab.
Sumber:
Tidak ada komentar