Hati Dalam Ilmu Anatomi, Fisiologi dan Tasawuf

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah memperhatikan hati dan amal-amal kalian”

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata hati memiliki beberapa arti kata, antara lain: (1) organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu; (2) daging dari hati sebagai bahan makanan (terutama hati dari binatang sembelihan); (3) jantung.

Kata hati dalam bahasa Indonesia juga terbenar kepada kata jantung. Padahal arti kata jantung sendiri dalam kamus yang sama adalah  bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah (letaknya di dalam rongga dada sebelah atas).

Dari sudut pandang ilmu anatomi, jantung dan hati merupakan dua jenis organ yang berbeda satu sama lainnya. Keduanya memiliki bentuk, letak, dan kerja yang berbeda. Hati terletak di dada sebelah kanan agak ke bawah, sementara jantung terletak di dada sebelah kiri agak kebawah. Menurut ilmu fisiologi, hati bekerja dalam proses metabolisme sedangkan jantung bekerja sebagai sistem sirkulasi darah.

Dalam Al-Quran, Allah SWT menyebutkan kata hati sebanyak 107 kali di tempat yang berbeda. Penyebutan tersebut ada yang tertulis secara singular (قلب), plural (قلوب), dengan imbuhan kata ganti (dhamir) ataupun dengan penambahan alif lam. Tidak ada satupun ayat yang mengabarkan makna hati (qalb) sebagai jantung yang bekerja memompa darah. 

Semua keterangan hati yang terdapat dalam Al-Quran diartikan sebagai hati yang abstrak, bukan hati sebagai makna organ jantung seperti tersebut di atas.
Hati di dalam Al-Quran diartikan sebagai tempat diteguhkan Allah jika sedang hampa (Q.S. 28:10), hati sebagai tempat memahami (Q.S. 22:46) dan arti-arti yang lain yang memiliki arti sama dengan arti tersebut.

Dalam salah satu hadits riwayat Muslim r.a. disebutkan “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah memperhatikan hati dan amal-amal kalian”. Jadi menurut hadits ini, hati juga diartikan sebagai tempat musyahadah (tempat yang diperhatikan) Allah SWT.

Apakah kata qalb (hati) yang disebutkan dalam Al-Quran bukanlah jantung yang diilustrasikan dalam ilmu anatomi dan dideskripsikan dalam ilmu fisiologi? Dan jika iya, bagaimana jantung bisa memahami bisa mengingat dan bisa diperhatikan oleh Allah SWT dalam menilai amalan hamba-hambaNya?

Dalam menjawab pertanyaan ini, mari kita perhatikan hadits shahih berikut “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah al-qalbu”. Di dalam hadits tersebut qalb (hati) diartikan sebagai daging yang berarti memiliki wujud.


Imam Ghazali menyebutkan hati sebagai lathifah rabbaniyah yaitu hati yang mengikat diri dengan keagungan Allah SWT dan menjadi tolak ukur Allah dalam menilai kualitas keimanan hambaNya. Beliau membedakan lathifah rabbaniyah tersebut dari qalb lahmani (Jantung Organ) dimana lathifah rabbaniyah ini terletak jauh didalam qalb lahmani dan tidak bisa dilihat secara kasat mata. Lathifah rabbaniyah inilah yang menjadi hitam jika dipenuhi dosa, kembali putih bersih saat bertaubat secara nashuha.
Hati Dalam Ilmu Anatomi, Fisiologi dan Tasawuf

Tidak ada komentar