Siwak menurut bahasa artinya menggosok sedangkan menurut syariat adalah nama untuk dahan atau akar pohon yang digunakan untuk bersiwak pada gigi dan sekitarnya. Siwak sering disebut juga miswak adalah dahan atau akar dari pohon Salvadora persica L. dari famili Salvadoraceae. Pohon ini disebut juga dalam istilah bahasa Arab sebagai Arāk(أراك) . Pohon ini termasuk dalam kategori pohon kecil atau semak belukar dengan dahan yang berliku-liku, daun yang lembut kehijauan, lapisan kulit luar yang keputihan dan sangat jarang yang memiliki diameter lebih dari satu kaki. Pohon ini banyak terdapat di daerah Timur Tengah, sebagian Asia dan Afrika
Dalam
Islam dianjurkan untuk bersiwak setiap waktu karena kelebihan pada siwak yang
sangat banyak. Bersiwak yang paling afdhal adalah dengan dahan atau akar dari
pohon arāk, karena hal tersebut yang sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Perintah melakukan siwak ini hukumnya sunat pada setiap waktu dan menjadi mustahab
pada beberapa tempat, antaranya:
1. Ketika
mulut berbau (halitosis) sebab terlalu lama diam atau karena yang lain
2. Ketika
bangun tidur
3. Ketika
akan melaksanakan shalat baik fardhu maupun sunat.
Halitosis
adalah istilah medis yang diambil dari bahasa Latin halitus yang
bermakna napas, dan imbuhan -is pada ujungnya bermakna adanya gangguan atau
permasalahan. Halitosis bermakna bau mulut tidak sedap dengan intensitas yang menggangu
interaksi sosial seseorang. Halitosis dibagi menjadi 3 pambagian:
1. Halitosis
Psikologik, bau mulut tak sedap yang tidak dipengaruhi oleh penyebab spesifik. Sering
timbul di pagi hari dan bersifat sementara.
2.
Halitosis Patologik, bau mulut tak sedap yang disebabkan penyebab spesifik yang
dapat diidentifikasi.
3.
Pseudo-halitosis, persepsi pasien yang merasa adanya bau mulut tak sedap namun
tanpa adanya penyebab objektif dari bau mulut tersebut. Pseudo-halitosis
disebut juga halitophobia jika persepsi tersebut sudah menjurus kepada cemas
berlebihan.
Kebanyakan
kasus halitosis (80-90%) disebabkan oleh rongga mulut, sisanya disebabkan oleh hidung,
tenggorokan, hingga paru-paru. Bau mulut tak sedap dihubungkan dengan kebersihan
rongga mulut yang buruk penyakit periodontal (jaringan sekitar gigi, termasuk :
gusi, lidah, mukosa). Bau mulut dominan muncul akibat adanya reaksi dari
bakteri dalam mulut terhadap sisa-sisa makanan di gigi bawah daerah sepertiga
belakang mulut. Keberadaan lidah menjadi penting terhadap munculnya bau mulut,
lekukan dan bintik-bintik pada lidah menjadi lingkungan yang membuat bakteri
tumbuh subur. Begitu juga mulut yang kering, gigi yang rusak, abses gigi, dan
gigi yang tidak bersih, semua hal tersebut dapat berkontribusi menimbulkan bau
mulut tak sedap.
Halitosis
psikologik umumnya terjadi pagi hari karena adanya perlambatan aliran air liur
saat istirahat malam hari. Halitosis ini muncul sebagai akibat dari reaksi
bakteri terhadap pelepasan sel deskuamasi dan sisa makanan yang tersangkut di gigi.
Bau tak sedap yang timbul dapat meningkat jika diiringi oleh kurangnya
perhatian terhadap higienitas mulut. Bau mulut jenis ini hilang segera setelah
menggosok gigi, menggunakan benang gigi, makan, atau minum.
Penyebab lainnya dari halitosis psikologik ini adalah merokok dan memakan makanan beraroma menyengat seperti bawang merah dan bawang putih serta jenis minuman lainnya seperti kopi dan alkohol.
Menurut penelitian,
kayu siwak dari pohon arāk mengandung banyak unsur yang penting bagi kesehatan
mulut. Di antaranya klorin yang bisa memutihkan gigi. Getah yang dikandung kayu
siwak antara lain berisi floride dapat menciptakan lapisan yang melindungi gigi.
Kandungan trimetilamin, sulfur, alkaloid resin berfungsi sebagai anti bakteri.
Masih banyak kandungan unsur-unsur lainnya yang memberi manfaat bagi
hiegienitas gigi dan mulut. Bahkan mengulum-ngulum kayu arāk bisa membantu
mengurangi stres karena kandungan zat anti depresant didalamnya.
Setelah banyak studi mengenai siwak, banyak yang menjadikan klorine dan floride sebagai bahan kandungan utama dalam produk-produk cairan kumur mulut dan juga pasta gigi. Namun, dalam agama Islam telah lebih dahulu dikenal alat higiene mulut dalam bentuk kayu siwak. WHO sebagai badan kesehatan dunia melalui konsensus internasional pada tahun 1986 dan 2000, telah merekomentasi siwak untuk digunakan sebagai pembantu kebersihan mulut sehingga tidak ada masalah dengan kebersihan dari kayu siwak.
Dalam
Islam, diajarkan cara menggunakan siwak (kaifiyat) dengan benar dan mengikuti
apa yang dilakukan Rasulullah SAW, yaitu:
1. Disunahkan
siwak dipegang tangan kanan,caranya ibu jari dan jari kelingking berada dibawah
siwak, dan tiga jari lainnya (telunjuk,jari tengan dan jari manis) berada di
atas siwak.
2. Memulai dengan
sisi mulut sebelah kanan setelah selesai yang kanan baru sisi yang kiri,
mengenai seluruh gigi, gusi dan lidahnya.
3. Siwak ditaruh / diselipkan
diatas telinga kiri
4. Dicuci setelah digunakan
5. Panjangnya tidak melebihi satu
jenggal tangan
6. Tidak bersiwak dengan dua
ujungnya ( gunakan satu ujung saja sampai habis)
Jika tidak
ada kayu arāk, maka kesunnahan bersiwak masih bisa dilakukan selama tidak memakai kayu basah
yang tidak bisa mengangkat
(kotoran) dan tidak memakai kayu kering yang bisa melukai gusi,
pakailah kayu yang sifatnya pertengahan antara keduanya, dan dengan apa
saja yang
bisa menghilangkan warna kuning dan bau gigi seperti sobekan kain kasar dan
selainnya bisa mencukupi karena sesuai dengan tujuan bersiwak.
Dengan demikian kriteria siwak yang dianjurkan dalam Islam adalah :
1.Bisa menghilangkan kotoran pada gigi
2.Menghilangkan bau mulut
3.Tidak melukai.
Menggunakan sikat gigi baik yang regular maupun yang berenergi listrik termasuk dalam bersiwak yang disunnahkan. Hanya saja tidak semua manfaat bersiwak dengan kayu arāk, yang menurut sebagian ulama mencapai 70 macam, akan didapatkan pada menggosok gigi dengan sikat gigi. Langkah yang bijak adalah tetap melakukan siwak sebisa mungkin dan sesempat mungkin karena Nabi SAW bersabda:
لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك
عند كل صلاة
“Jika
bukan karena akan mempersulit ummatku (nantinya), sungguh akan aku perintahkan (wajibkan)
bersiwak di setiap shalat”
Dan hadits
Nabi SAW tentang hikmah bersiwak yaitu:
السواك مطهرة للفم مرضاة للرب. رواه
أحمد والنسائي
“Bersiwak
itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.” (HR. Ahmad dan
an-Nasaa-i)
Demikian artikel ini kami tulis, semoga bermanfaat.
Sumber:
1. Kitab Bughiyatul
Mustarsyidin, Hal 19
2. Kitab Al fiqh 'alal Madzahibil Arba'ah
3. Kitab Mughni al-Muhtaaj jilid I Hal. 56
2. Kitab Al fiqh 'alal Madzahibil Arba'ah
3. Kitab Mughni al-Muhtaaj jilid I Hal. 56
4. Hilal Ahmad, K.Rajagopal. Salvadora persica L. (Meswak)
in dental hygiene. The Saudi Journal for Dental Research. Volume 5, Issue 2,
July 2014, Pages 130-134.
5. www.uptodate.com /contents/bad-breath
Tidak ada komentar